Senin, 20 Mei 2013

Apa itu Tantrum???

Tantrum merupakan fase ketika anak Anda mengalami kemarahan luar biasa dengan karakteristik frustasi, dilanjutkan dengan menangis, berteriak, dan pergerakan badan yang berlebihan, termasuk melempar barang, menjatuhkan diri ke lantai, dan lain-lain.

“Jika anak sering tantrum, jangan dibiarkan. Bisa jadi anak jadi stres,” ujar Edward R. Christophersen, Ph. D., psikolog di Children’s Mercy Hospitals and clinics, di Kansas City, MO.


Temper tantrum biasanya terjadi pada anak usia 1-4 tahun. Meski tidak menutup kemungkinan anak-anak yang lebih tua, bahkan orang dewasa pun pernah mengalami ledakan kemarahan ini. Dan pada dasarnya, marah-marah pada anak-anak usia 1-4 tahun adalah hal yang wajar terjadi bagi usia mereka. Kebanyakan anak-anak mengalami hal ini.


Mengapa harus marah-marah?
Temper tantrum biasa terjadi karena beberapa hal pemicu. Diantaranya adalah:
1. Frustrasi. Jangan dikira hanya orang dewasa saja yang bisa frustrasi. Anak-anak pun mengalami hal ini. Misalnya, anak-anak akan menjadi cepat marah manakala mereka tidak bisa mencapai sesuatu yang sangat mereka inginkan. Dalam artian, mereka gagal. Kegagalan memicu rasa frustrasi, dan akhirnya kemarahan itupun meledak.
2. Lelah. Anak-anak yang kelelahan, akan menjadi mudah marah. Aktivitasnya yang padat dan sedikit waktu bermain akan membuat anak-anak cepat marah dan emosi.
3. Orangtua terlalu mengekang. Sikap orangtua yang terlalu banyak mendikte dan mengekang anak, juga dapat berpengaruh bagi emosinya. Anak-anak yang merasa jenuh dengan kekangan orangtuanya, suatu saat akan mencapai titik puncak kejenuhan. Dan marah-marah adalah salah satu bentuk ledakan tersebut.
4. Sifat dasar anak yang emosional. Beberapa anak mewarisi sifat dasar emosional dari orangtuanya. Mereka ini cenderung tidak sabaran, gampang marah meski karena hal-hal kecil.
5. Keinginan tak dipenuhi. Salah satu kesalahan yang sering kali dilakukan orangtua adalah mereka begitu mudahnya membujuk anak-anak dengan iming-iming. Menangis sedikit, anak dibujuk dengan es krim atau mainan. Nah, akhirnya ini akan menjadi kebiasaan, dan anak-anak mengenali pola ini. Suatu ketika, ia memiliki keinginan akan sesuatu, ia akan menangis dan mengamuk jika keinginan tersebut tidak segera dipenuhi oleh orangtuanya.

Tetap tenang dan kenali penyebab balita tantrum. Dalam buku Children Are People Too, Dr. Sharon Fried Buchalter mengatakan ada 2 jenis tantrum, yaitu tantrum aktif (protes dan sosial)  dan tantrum pasif (merengek dan tidak kooperatif). Setiap tantrum butuh penanganan yang berbeda.

*Tantrum Protes. Tatrum karena marah tidak mendapatkan apa yang diinginkannya. Biasanya balita menangis, menhjerik, menendang-nendang bahkan melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.
Lakukan:

  • Beri dia ruang kesempatan untuk meluapkan emosinya, tapi jangan jauh-jauh dan tetap awasi dia.
  • Hindari mengekang balita saat tantrum. Berikan pelukan asal dilakukan dengan lembut sambil membisikkan kata-kata yang menenangkan.
  • Bertindak bila balita mulai melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya. Bila dia berguling-guling di lantai, singkirkan benda-benda berbahaya. Hentikan bila mulai melukai dirinya, seperti memukul-mukulkan kepalanya ke tembok.
  • Anda harus konsisten. Jangan mengabulkan keinginanya supaya dia berhenti tantrum. Balita pasti marah, tapi Anda bis aberbaikan setelah dia sudah tidak tantrum.
*Tantrum Sosial. Tantrum karena balita marah dengan temannya. Biasanya balita bertindak agresif, bullying dan tidak bersahabat saat main bersama temannya.
Lakukan:

  • Ucapkan kata-kata yang bisa mengekpresikan perasaanya. Misalnya, “Sita marah yak arena Arna tidak membolehkan Sita main boneka itu?” Perkataan Anda juga menunjukkan kalau Anda berempati padanya.
  • Hindari mendisiplinkan balita secara fisik, seperti mencubitnya. Adan hanya menyampaikan pesan negative. Anda kehilangan kontrol, menggunakan kekerasan fisik di perbolehkan dan perasaan harus dipendam bukannya disalurkan.
  • Ajak ngobrol balita, setelah tantrumnya selesai. Setelah tenang bahsa perbuatannya tadi tidak dapat diterima, namun tetap tunjukkan kalau Anda menyayangi dia.

*Tantrum Merengek. Tantrum karena tidak puas terhadap sesuatu hal. Biasanya balita merengek, ngambek atau terus menerus bertanya dengan cara mengganggu, “Ayo bunda kita pulang, ayo..ayo!” sambil menarik-narik Anda.
Lakukan:

  • Saat balita merengek, jelaskan Anda akan berbicara padanya ketika dia sudah tenang. Bukannya ANda cuek tapi menunjukkan padanya perbuatannya itu tidak baik. Namun, hindari menasihati ketika dia tantrum, dia tidak akan mendengarkan Anda.
  • Kenali keinginan dan kebutuhan balita bila bepergian. Dia mungkin tantrum karena capek, atau kelaparan. Jadwalkan kegiatan sebelum pergi mengacu pada kemampuan dan kebutuhan balita.
  • Beri perhatian pada balita. Saat jalan-jalan jangan asyik sendiri, ajak balita ngobrol, tanyakan pendapatnya.

*Tantrum Tidak Kooperatif. Tantrum karena tidak suka saat diminta melakukan sesuatu. Biasanya balita tidak kooperatif karena tidak senang mealkukan apa yang Anda minta.
Lakukan:

  • Jangan memarahi balita saat tantrum. Kalau perlu menjauh sebentar, tarik napas dalam-dalam untuk menengakan diri sebelum menghadapi balita.
  • Beri balita pilihan. Misalnya saat menyuruh gosok gigi, tanyakan apakah dia mau menggunakan sikat gigi gambar dinosaurus atau gambar Elmo. Beri balita kesempatan merasa punya kendali.
  • Turunkan pengharapan Anda. Jangan harap balita selalu mau melakukan apa yang Anda minta. Perhatikan juga keinginanya. 

Sumber :  
1. http://www.parenting.co.id/article/balita/atasi.tantrum.pada.anak/001/003/321
2. http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/menangani.balita.tantrum/001/007/696/1/4
3. http://www.rumahbunda.com/psychology/temper-tantrum-pada-anak/#

    0 comments:

    Posting Komentar

    Hai.... Terima kasih sudah membaca tulisan saya